Yea, aku iseng-iseng membuka blog seorang kakak angkatan. Ia bercerita tentang perjalanannya di Tanah Kesempatan, dan tentang serangga yang ditemuinya, dari cicak hingga semut.
Semut. Binatang yang membuatku memainkan suatu momen dalam kepalaku.
Agustus 2013, Kosan BaRel UI Depok
Malam yang sepi, tak ada penghuni selain jangkrik. Ayah, adikku, dan aku mengepak barang-barang kami keluar dari mobil, memasuki sebuah rumah yang agak besar, dengan kamar berjajar-jajar di tepi dindingnya.
Aku menepuki lenganku karena invasi nyamuk-nyamuk penghisap darah. Serangga kecil yang tak ada habis-habisnya ini terus melancarkan Luftangriff-serangan udara-ke kulitku yang tak dilapisi lotion. Herannya, Ayah dan adikku tak merasa terganggu oleh vampir cilik ini. Apakah nyamuk lebih suka darah pemuda yang selalu merasa gagah, tak pernah mau mengalah??
Setelah memasuki beranda dan menutup pintu, barulah nyamuk-nyamuk tadi lenyap.
Tak ada seorangpun yang menyambut kami. Bapak dan Ibu kos sudah tidur, mahasiswi-mahasiswi juga sudah kembali ke peraduan mereka masing-masing.
Kami menggotong bawaan kami : koper kecil serta beberapa ransel, juga merangkap satu dua kantong plastik dan dua box pizza untuk makan dini hari. Kami menaiki tangga (untungnya hanya satu tingkat, tak seperti kosanku di Gang D no 8 yang lima lantai tanpa lift), kemudian tiba di sebuah kamar : kosan adikku. Kami memang sengaja mengantarnya dari Jakarta hari Minggu malam untuk berkuliah keesokan harinya.
Adikku membuka pintu, lalu kami masuk dan meletakkan barang-barang. Setelah berberes, kulahap pizza hangat yang baru kami pesan di drive-thru, namun tak sampai habis. Sisa pizza kuletakkan di atas kulkas untuk disantap esok hari. Aku tak mau makan pizza keras karena disimpan di dalam kulkas!
Karena hari sudah terlalu larut untuk pulang, Ayah dan aku menumpang tidur di kost adikku. Toh, aku akan pergi ke perpustakaan keesokan harinya demi belajar untuk UAS, sementara Ayah berangkat ke kantor di Jakarta.
Keesokan harinya, kosan BaRel, 18:30
Hanya aku dan adikku yang berada di kamar kost. Adikku sibuk dengan bahan kuliahnya, membuka binder dan kertas-kertas yang bertebaran di sana sini, sementara aku menyandarkan tubuhku ke dinding, mengistirahatkan kepala yang penat karena belajar seharian.
Tak lama, aku melihat sesuatu yang mencurigakan di lantai. Seperti ada sesuatu yang bergerak.
Kubungkukkan tubuhku, mengamati benda bergerak itu lebih dekat.
Semut! Sekoloni semut berbaris-baris dari pintu kamar, lalu menelusuri lantai, kemudian melanjutkan long march mereka hingga memanjat kulkas.
Kami langsung bangkit dan menyemprotkan spray serangga ke rombongan hewan tak tahu adat itu. Aroma jeruk asal obat serangga itu menyeruak, memenuhi seisi kamar.
Namun percuma, beberapa menit berselang, skuadron baru semut kembali menerobos pintu kamar, kemudian ke atas kulkas.
Aku curiga, sebenarnya apa yang menarik perhatian serangga-serangga ini?
Aku terdiam sejenak, kemudian berjalan ke kulkas. Sekarton pizza masih tergeletak di situ. Dan benar saja, pizza yang hendak kumakan hari itu sudah dikerubuti semut! Mereka bergerak lincah di sekeliling roti dan beragam topping, mungkin sedang asyik ngobrol tentang politik sembari berbagi bersama di pizza….*ups, aku nyaris beriklan!
Karena aku tak mau pizza dengan topping semut, langsung kubuang saja makanan itu ke tong sampah, beserta hewan-hewan ra duwe toto yang menikmati hidangan italia itu.
Saat di Kota Kipas, memang aku biasa meletakkan makanan sisa di sembarang tempat untuk kumakan keesokan harinya. Namun di Depok, di mana serangga macam cicak, tokek, nyamuk, dan semut merajalela karena udara yang lebih nyaman untuk mereka dibanding di Kota Kipas, aku tak bisa berbuat begitu. Makanan nganggur pasti cepat mereka santap!
Well, lain ladang lain belalang.